Menjadi guru bukanlah tugas yang ringan, tapi suatu tanggung jawab yang begitu besar sehingga menurut beliau sangatlah penting untuk terus mengaktulisasikan diri. Sehingga ketika beliau kembali lagi mendapatkan kesempatan untuk memperoleh gelar magister, beliau sangat bersemangat dan tidak melewatkan kesempatan tersebut,” Jadi tes nya itu langsung besok paginya. Padahal ibu kepala di sekolah saya yang dulu telepon sore sudah hampir menjelang maghrib. Alhamdulillaah juga akhirnya lolos. Kalau beasiswa ini dari pemerintah provinsi Jawa Timur”, kenang beliau sambil senyum sumringah.
Dengan semua pencapaiannya di bidang akademik yang begitu gemilang tersebut, bukan berarti tidak ada cobaan berat yang pernah menghampirinya. Disaat tengah fokus menjalani pendidikan S3 nya di Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Surabaya (UNESA), suami tercinta beliau dipanggil oleh Sang Pencipta. Membuat beliau sempat goyah dan hampir menyerah mengejar gelar Doktoralnya, namun karena dukungan dari semua orang orang yang menyayanginya akhirnya ibu Nuning berusaha untuk bangkit mengejar semua mimpi-mimpinya. “Saat ini saya masih berjuang, masih harus terus belajar dan harus menyelesaikan amanah mengantar anak-anak saya melangkah menuju masa depannya”, jawab beliau dengan mata yang sedikit berkaca-kaca. Untuk menutup wawancaranya, Ibu Priyanti Rusanti juga memotivasi seluruh wanita di Indonesia untuk menjadi wanita yang tegar, berani, terus mengupdate ilmu pengetahuan dan mandiri. Dengan begitu menjalani peranan sebagai seorang wanita kedepannya tidak akan mudah direndahkan oleh siapapun.
Bu nuning, dari masih jadi guru sejarah di sman 1 gedangan selalu jadi guru favorit
dan selalu peduli dengan anak didiknya
bahkan saat sudah lulus, beliau juga sering memperhatikan bahkan dulu saat seusai saya bertunangan beliau menyempatkan waktu untuk memberi ucapan walaupun hanya via chat dan itu sangat berkesan bagi saya ❤️
menginspirasi dan semoga sukses. aamiin
Luar biasa, sangat menginspirasi sekali, terima kasih ibu…..semoga semakin sukses