BEBAS ATAU TERJERAT: PERGAULAN MAHASISWA DI ERA DIGITAL

Dua peristiwa memilukan dari kampus ternama di Malang menyentak kesadaran kita. Novia Widyasari, mahasiswi asal Mojokerto, mengakhiri hidupnya setelah mengalami tekanan akibat kehamilan di luar nikah dengan pacarnya yang seorang polisi. Tak lama berselang, seorang mahasiswi Universitas Brawijaya juga ditemukan bunuh diri di area kampus karena tekanan pribadi yang diduga tak tertangani.

Kasus-kasus diatas ini menunjukkan bahwa kehidupan mahasiswa tak selalu seindah yang terlihat di media sosial. Di balik layar gadget dan rutinitas kuliah, banyak yang diam-diam berjuang sendirian.

Di era internet yang serba cepat dan penuh distraksi, mahasiswa perlu diarahkan pada kegiatan yang menyehatkan jiwa raga Kegiatan olahraga seperti futsal, badminton, atau ikut komunitas senam lansia bisa menjadi cara positif mengalihkan perhatian dari kecanduan layar. Kegiatan keagamaan melalui remaja masjid, pengajian, dan aksi sosial juga membantu menjaga nilai dan hati.

Mahasiswa juga bisa membentuk kelompok kecil bersama teman-temannya, sekadar belajar bersama, jogging pagi, atau diskusi ringan . Aktivitas sederhana seperti ini mampu mempererat ikatan pertemanan dan membuat mereka saling menjaga, saling menguatkan.

Peran orang tua tetap penting, meski anak jauh di kos. Menyapa lewat chat, mengingatkan makan atau ibadah, bisa menjadi bentuk perhatian yang besar artinya. Dosen pun diharapkan bisa tetap menjadi guru menjadi teladan, bukan hanya mengajar, tapi juga peduli dan terbuka saat mahasiswa butuh tempat bersandar.

Pergaulan yang sehat tak hanya menjauhkan dari hal negatif, tapi juga membentuk karakter. Karena di tengah kebebasan digital, masa depan tetap harus dijaga dengan kesadaran untuk arah hidup yang benar. *Tetaplah berkarya, Mahasiswa!

SSC

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *