KESOPANAN: KUNCI KEHIDUPAN MODERN

Penulis : Arum Nur Haliza

Dalam sejarah peradaban manusia, kesopanan telah menjadi fondasi yang memisahkan manusia dari barbarisme. Confucius menyatakan bahwa “Kesopanan adalah dasar dari segala kebajikan”. Islam pun menegaskan pentingnya kesopanan melalui hadis Rasulullah SAW: “Sesungguhnya kesopanan itu tidak mendatangkan kecuali kebaikan” (HR. Muslim).

Aristoteles dalam Nicomachean Ethics menjelaskan bahwa kesopanan merupakan manifestasi dari karakter baik (ethos). Ia meyakini bahwa manusia sopan adalah mereka yang mencapai keseimbangan antara akal dan emosi—kondisi “golden mean” yang bijaksana.

Dimensi Historis dan Spiritual
Sejarah mencatat peradaban besar seperti Yunani Kuno, Romawi, dan Dinasti Tang menekankan kesopanan dalam kehidupan sosial. Marcus Aurelius menulis: “Perlakukan setiap orang seolah-olah mereka adalah tamu kehormatan di rumahmu”. Prinsip ini sejalan dengan ajaran Islam dalam hadis: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah ia memuliakan tamunya” (HR. Bukhari-Muslim).

Immanuel Kant menegaskan bahwa kesopanan adalah wujud penghormatan terhadap martabat manusia. Ketika bersikap sopan, kita mengakui setiap individu memiliki nilai intrinsik yang tidak dapat dikurangi menjadi alat belaka.

Relevansi Modern
Nelson Mandela menunjukkan kekuatan kesopanan dalam mengubah sejarah. Ia berkata, “Kesopanan adalah senjata terkuat untuk mengalahkan kebencian”. Pendekatan sopan Mandela terhadap penindas apartheid membuktikan bahwa kesopanan bukanlah kelemahan, melainkan kekuatan moral transformatif.

Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah kesopanan itu berada pada sesuatu melainkan menghiasinya, dan tidaklah dicabut dari sesuatu melainkan memburukkannya” (HR. Muslim). Hadis ini menunjukkan bahwa kesopanan adalah perhiasan akhlak yang mempercantik setiap aspek kehidupan.

Hadis tentang sopan santun mengajarkan pentingnya berperilaku baik, berbicara santun, dan menjaga hubungan baik dengan sesama. Salah satu hadistnya tentang kesempurnaan iman dan akhlak:

إِنَّ مِنْ أَكْمَلِ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا

(Inna akmalil mu’minīna īmānan aḥsanuhum khuluqan)

Terjemahan: “Sesungguhnya orang yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR.Tirmidzi)

Dalam era digital, kesopanan menjadi antidote terhadap toxic culture online, membangun jembatan komunikasi dan menciptakan ruang dialog konstruktif—investasi dalam kemanusiaan bersama.

SSC

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *