Kota Kediri dan Kota Malang secara keluasan wilayah memang jauh dibawah Kabupaten Nganjuk. Dan membandingkan Kabupaten Nganjuk dengan Kota Malang, dan Kota Kediri menjadi tidak adil. Malang, kota terbesar kedua setelah Surabaya di Jawa Timur, sedangkan Kota Kediri, kota yang ikonik dengan tahu dan pedestrian nya yakni Jlaan Dhoho beserta sego pecelnya yang sudah diulik dimana – mana selama ini di semua media sosial.
Namun yang perlu dicatat, Nganjuk tetap harus ada yang bisa dibanggakan. Kita harus selalu berusaha mengulik keistemewaan dari kabupaten yang berabatasan dengan Kediri di sebelah selatan ini. Misal, hanya di Kabupaten Nganjuk, kita mendapati ketua RT nya berjenis kelamin perempuan, yakni di RT 03 RW 01 Kelurahan Kartoharjo untuk periode sebelum 2020 an. Dan hanya di Kabupaten Nganjuk, tepatnya terletak di area parkir selatan Gedung Juang , jalan Dr. Sutomo, ada penjual nasi pecel dan tumpang yang penjualnya adalah Laki-laki/ pria! Penjualnya keren, cakep, gagah dan cak cek, yang dari hasil berjualan nasi pecel tumpangnya, Beliau bisa mebiayai sekolah 2 anak perempuannya yang manis dan membangun rumah besar nan cantik untuk mereka. Nganjuk, sungguh kota yang pro gender!
Maka mari kita besarkan juga Nganjuk dengan kulinerannya. Jangan hanya Dumbleg, yang dari sisi bunyi namanya sudah jkurang menarik. Sate prapatan A yani, juga oke. Tapi, konotasi penyakit yang mengiringi jika makan sate, juga mengkhawatirkan kita bukan?
Di Kediri? Soal kulinerannya, jangan tanya. Banyak, enak, dan ada dimana – mana. Dari yang murah sampai yang mewah, tersedia. Pokoknya, surga makanan enak. Mulai dari nasi pecel tumpeng yang ikonik di sepanjang jalan Dhoho, pecel mbah Darmo, rujak mbok Bo, mbok Mad, serba sambel kediri, soto bok ijo, sate siboen, semuanya enak dan terjangkau. Itu hanya masih sebagian kecilnya. Kafe ataupun kedai dan lesehan tempat anak muda nongkrong… tak terhitung!
