Dimulai pada tahun 2015 PBB menetapkan 17 poin SDGs sebagai PR kita semua. Sustainable Development Goals atau bisa disebut dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang disingkat dengan SDGs. SGDs merupakan seperangkat tujuan, target, dan indikator yang disepakati oleh dunia di mana diharapkan dapat digunakan secara universal oleh negara-negara yang tergabung dalam PBB. PBB telah menargetkan bahwa SDGs akan dicapai dalam kurun waktu 15 tahun, yaitu dari 2015 hingga 2030 mendatang. Mengingat kita sudah berada di tahun 2024, maka dari itu, untuk sekarang yang menjadi pertanyaan besar, apakah dari seluruh poin-poin SDGs tersebut negara-negara itu mampu mencapainya dalam kurun waktu tidak lebih dari 6 tahun?
Dilansir dari situs web Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), SDGs merupakan komitmen bersama untuk mencapai kesejahteraan masyarakat sekaligus tetap melestarikan lingkungan. Dalam 17 poin itu, isinya adalah seluruh aspek dalam kehidupan kita yang diharapkan dapat dicapai. SDGs memiliki prinsip universal/menyeluruh, integrasi dan inklusif. Hal ini sebagai usaha untuk mengupayakan pemerataan bagi seluruh lapisan masyarakat biasa disebut dengan no one left behind. Namun terdapat tiga rangkaian yang dikatakan sebagai suatu rangkaian keamanan dan keberlanjutan yang harus kita beri perhatian lebih dan menjadi fokus kita. Tiga hal tersebut adalah kesehatan, pangan, dan lingkungan.
Mengenai kesehatan terdapat pada poin 3 yaitu “Menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala usia.” Mengenai pangan terdapat pada poin 2 yaitu “Mengentaskan kelaparan, mencapai keamanan pangan dan perbaikan gizi serta mempromosikan pertanian berkelanjutan.” Sedangkan mengenai lingkungan, dilansir dari KOMPAS.com terdapat pada 6 poin SDGs yaitu poin ke-,poin ke-6 (sanitasi dan air bersih), poin ke-11 (kota dan pemukiman yang layak), poin ke-12 (konsumsi dan produksi), poin ke-13 (penanganan perubahan iklim), dan poin ke-14 (ekosistem lautan), dan yang terakhir poin ke-15 (ekosistem daratan). Banyaknya poin SDGs mengenai lingkungan dapat kita simpulkan bahwa betapa banyaknya aspek lingkungan yang masih membutuhkan perhatian serius dari segala pihak di kalangan masyarakat. Pihak yang terlibat, baik dari pemerintah, tenaga pendidik, hingga wiraswasta.
Apakah anda sadar betapa banyak hal yang terjadi dalam 3 tahun belakang ini? Mulai dari bahan sembako yang semakin hari semakin langka dengan harga yang meningkat, bencana alam yang berurutan, hingga adanya Covid-19. Ketiga hal ini mencerminkan bahwa kita tidak berdaya dengan perubahan arus dunia yang semakin tidak terkendali. Terlepas dari banyak hal yang menjadi pemicu dari ketiga masalah tersebut, sebenarnya terdapat satu masalah besar yang menjadi momok dunia, yaitu Climate Change. Pembakaran bahan bakar fosil, proses industri, hingga hutan yang ditebangi, itu menjadi contoh kecil aktifitas manusia yang menimbulkan gas rumah kaca di atmosfer bumi sehinga energi matahari terjebak dalam bumi dan meingkatlah suhu bumi. Lambat laun hal ini akan mengubah pola cuaca dan mengganggu keseimbangan alam.
Sumber dari web Universitas Gadjah Mada, data sensus pertanian mengungkapkan, sebanyak 48% lahan tani dikelola oleh petani penyakap, atau dengan sistem sewa. Sehingga, lahan-lahan tani yang tersedia saat ini bukanlah milik petani itu sendiri, dan tidak ada keterangan apakah sistem pembagiannya merata. Dilihat dari sini saja, kesejahteraan dari pihak tiang penyokong pangan kita sudah tidak kuat. Hal ini ditambah dengan Dr. Idha Widi Arsanti, S.P.,M.P., Kepala Pusat Pendidikan Pertanian Kementerian Pertanian Republik Indonesia menyatakan. ”Persoalan isu pembangunan pangan dan pertanian berawal dari dampak La Nina dan El Nino yang menyebabkan dampak dari segi pertanian. Meliputi kelangkaan agriculture input, penurunan produksi terutama perishable product (produksi pangan pokok relatif stabil), kemudian isu ketahanan pangan juga berpengaruh akibat dampak Covid-19 yang menyebabkan supply dan demand pangan terganggu, kualitas dan kuantitas pangan menurun dan potensi untuk meningkatkan PoU, Stunting, wasting dan kekurangan micronutrient,”