Nganjuk yang Terlahir Kembali

Terletak di koordinat 7.6°S 111.9333°E dan berbatasan dengan Kabupaten Jombang di sebelah timur, Kediri di selatan, Madiun di barat dan Bojonegoro di sebelah utara, Kabupaten Nganjuk memiliki penduduk 1,111.972, dengan kecamatan Tanjunganom sebagai kecamatan terpadat berdasar Badan Pusat Statistik 2001-2022. Memiliki 20 kecamatan, 28 kelurahan, 264 desa dan 1317 dusun. Demonim Nganjuk adalah wong Nganjuk atau cah Nganjuk

Nganjuk memiliki kebudayaan yang unik, pasalnya Nganjuk memiliki rumpun bahasa Mataraman yang lebih condong ke Provinsi Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta. Namun, sejarah dari Kabupaten Nganjuk lebih unik lagi.

Sejarah Kabupaten Nganjuk dimulai dengan menelisik dari era Mataram Kuno, tepatnya di era Dinasti Sanjaya akhir pada tahun 937. Disahkan pada tahun tersebut, Sima Anjuk Ladang dikenal sebagai desa yang tidak dikenai pajak karena bantuan warga Anjuk Ladang kepada Kerajaan Mataram Kuno dalam perjuangan untuk melawan penjajah dari Kerajaan Sriwijaya.

Pada waktu-waktu selanjutnya, desa Anjuk Ladang nampak tak terlihat perannya di kancah Nusantara. Puncaknya ketika Anjuk (disebut singkatnya) atau Anjuk Ladang menjadi wilayah Kadipaten Berbek di era Mataram Islam hingga Hindia-Belanda abad ke-19.

Seiring waktu berjalan, perubahan besar terjadi pada 6 Juni 1880. Berdasarkan SK No. 20 Tahun 1875, dibawah kepemimpinan Bupati K.R.T. Sosrokusumo III, Kadipaten Berbek diubah dan dipindah oleh Hindia-Belanda ke tempat semulanya yaitu di tempat yang sekarang kita kenal dengan nama Kabupaten Nganjuk. Tanggal ini kemudian ditandai sebagai Boyongan atau pemindahan bedol kabupaten.

SSC

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *