Berdasarkan data kumulatif kasus HIV AIDS (human immunodeficiency virus, Acquired Immuno Deficiency Syndrome) sampai dengan Juni 2022 di Indonesia sebesar 478.784 orang. Setiap bulan ada sekitar 4 ribu kasus baru HIV di Indonesia. Kasus HIV ini adalah kasus-kasus yang sebagian besar disebabkan melalui hubungan seksual. Menurut Direktur Pencegahan Penyakit Menular Kemenkes, per 2023, sekitar 30 persen kasus HIV disumbang dari penularan suami ke istri. Di Indonesia, sampai dengan 2023 diperkirakan terdapat kasus ODHA yang mencapai 570.000 kasus, tertinggi ke-14 di dunia.
1 Desember adalah Hari AIDS sedunia. Peringatan dimaknai untuk memperbaiki kualitas hidup kita. Dikutip dari laman resmi World Health Organization (WHO), lebih dari 39,9 juta orang dengan HIV (ODHIV) di seluruh dunia. Sementara itu, AIDS adalah stadium akhir dari infeksi virus HIV. HIV juga masih menjadi masalah kesehatan masyarakat global yang utama, yang telah merenggut sekitar 42,3 juta jiwa hingga saat ini. Penularan masih berlangsung di semua negara di dunia. Diperkirakan ada 39,9 juta orang yang hidup dengan HIV pada akhir tahun 2023, 65% di antaranya berada di Wilayah Afrika. Pada tahun 2023 lalu, diperkirakan 630.000 orang meninggal karena penyebab terkait HIV dan diperkirakan 1,3 juta orang tertular HIV.
Definisi
Human immunodef WHO kini mendefinisikan Penyakit HIV Lanjut (AHD) sebagai jumlah sel CD4 kurang dari 200 sel/mm3 atau stadium 3 atau 4 pada orang dewasa dan remaja. Semua anak di bawah usia 5 tahun yang hidup dengan HIV dianggap memiliki penyakit HIV lanjut. HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. AIDS terjadi pada tahap infeksi yang paling lanjut. HIV menyerang sel darah putih tubuh, sehingga melemahkan sistem kekebalan tubuh.
Tanda dan Tahapan Gejala
HIV menyebar lebih mudah dalam beberapa bulan pertama setelah seseorang terinfeksi, tetapi banyak yang tidak menyadari statusnya hingga stadium lanjut. Dalam beberapa minggu pertama setelah terinfeksi, orang mungkin tidak mengalami gejala. Orang lain mungkin mengalami penyakit mirip influenza, termasuk: demam, sakit kepala, ruam kulit, dan sakit tenggorokan. Infeksi ini secara bertahap melemahkan sistem kekebalan tubuh. Hal ini dapat menyebabkan tanda dan gejala lain yakni:
pembengkakan kelenjar getah bening, penurunan berat badan, demam, diare, dan batuk. Tanpa pengobatan, orang yang hidup dengan infeksi HIV juga dapat mengembangkan penyakit parah yakni: tuberkulosis (TB), meningitis kriptokokus
infeksi bakteri parah, kanker seperti limfoma dan sarkoma Kaposi.
HIV menyebabkan infeksi lain menjadi lebih parah, seperti hepatitis C, hepatitis B, dan mpox.
Tahap 1: Virus HIV masuk kedalam tubuh menyerang sistem kekebalan tubuh, sampai akhir bulan kedua atau awal bulan ketiga setelah virus HIV masuk kedalam tubuh, meskipun belum diketemukan antibodi HIV dalam darah.
Tahap 2:Timbul gejala ringan seperti influenza, batuk, nyeri sendi, nyeri tenggorokan dan lain-lain. Biasanya terjadi pada minggu ke 3-6 mulai masuknya virus HIV, yang berlangsung selama 1-2 minggu.
Tahap 3: Gejala-gejala infeksi ringan tersebut di atas hilang, disebut juga stadium tanpa gejala. Pengidap HIV tampak sehat, namun dapat menjadi sumber penularan.
Tahap 4: Stadium ARC ditandai dengan munculnya gejala-gejala seperti turunnya berat badan lebih dari 10%, diare yang terus menerus, demam dan lain-lain tanpa sebab yang jelas.
Tahap 5: Stadium AIDS, pengidap HIV menunjukkan gejala-gejala yang spesifik seperti kanker kulit (Sarkoma kaposi), kanker kelenjar getah bening, pnemocystis carinii, dan lain-lain. Penderita yang telah menunjukkan gejala AIDS akan meninggal dunia paling lama 2 tahun.
Penularan
Orang tidak dapat terinfeksi HIV melalui kontak sehari-hari seperti berciuman, berpelukan, berjabat tangan, atau berbagi barang pribadi, makanan, atau air.
HIV dapat ditularkan melalui pertukaran cairan tubuh dari orang yang hidup dengan HIV, termasuk darah, air susu ibu, air mani, dan cairan vagina. HIV juga dapat ditularkan ke anak selama kehamilan dan persalinan: (bayi atau janin yang dikandung oleh seorang ibu pengidap HIV), menggunakan jarum dan peralatan yang sudah tercemar HIV, berhubungan seks melalui dubur, oral maupun melalui vagina yang tidak aman dengan pengidap HIV, memiliki banyak pasangan seksual atau mempunyai pasangan yang memiliki banyak pasangan lain
Pencegahan dan Pengobatan
HIV dapat dicegah dengan terapi antiretroviral (ART). HIV yang tidak diobati dapat berkembang menjadi AIDS. Sampai saat ini, belum ada obat untuk infeksi HIV. Namun, dengan akses ke pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan perawatan HIV yang efektif, termasuk untuk infeksi oportunistik, infeksi HIV telah menjadi kondisi kesehatan kronis yang dapat dikelola, yang memungkinkan orang yang hidup dengan HIV untuk menjalani hidup yang panjang dan sehat. WHO, Global Fund, dan United Nations Programme on HIV and AIDS (UNAIDS) memiliki strategi HIV global yang selaras dengan target Sutainable Development Goals (SDG) 3.3 untuk mengakhiri epidemi HIV di tahun 2030.
HIV bukanlah akhir dari segalanya. ODHIV berhak mendapatkan dukungan, kasih sayang, dan hak yang sama di masyarakat. Pada #WorldAIDSDay ini, mari bersama-sama menghapus stigma, dan mendukung mereka yang hidup dengan HIV.
Di Kabupaten Nganjuk, terdapat 316 orang terkena HIV dan 42 terkena AIDS. Kita benar – benar harus bijak sekaligus waspada. Apalagi, terdapat penderita yang termasuk kategori anak yakni berusia 5 – 14 tahun, berjumlah 11 orang. Angka yang mencengangkan bukan?
Referensi:
- (P2P) Direktur Jendral. Laporan Perkembangan HIV-AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual (PIMS) Triwulan 1 Januari-Maret 2022. Kemenkes. Published online 2022:1- 23.
- Kemenkes RI. (2012).Pedoman Nasional Pencegahan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA),2 ed. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI.
- Portal Nganjuk Satu Data, retrieved 1 December 2024