Rocky Gerung, mantan dosen Universitas Indonesia, pernah menyatakan bahwa “Pemerintah adalah pembuat hoax terbaik” dengan dalih yang tentu saja bisa diterima nalar. Ditambah lagi, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) di era Presiden Joko Widodo, Budi Arie Setiadi yang saat ini babak belur dengan kasus judi online dan yang pernah dibodoh2kan oleh Meutya Hafid karena jebolnya Pusat Data Nasional Sementara atau PDNS di Surabaya akibat serangan siber Ransomwarerian, sepakat bahwa hoax yang terdiri dari DFK (Disinformsi, Fitnah dan Kebencian) sangat berbahaya dalam sebuah kehidupan dalam bentuk sekecil apapun.
Berbeda dengan International Court of Justice (ICJ) yang menangani perkara hukum antar negara, International Criminal Court (ICC) hanya menuntut dan mengadili individu yang bertanggungjawab atas kejahatan berat terhadap kemanusiaan yang menjadi permasalahan bagi masyarakat internasional. Warga dunia kaget, bagaimana ICC bisa ikut terdikte untuk membuat Keputusan telak terhadap kasus perang wilayah antara Israel dan Palestine. Perang yang berlangsung sejak 7 Oktober 2023 yang ditandai dengan ledakan rudal Hamas ke wilayah Israel tersebut telah mengahabisi 1200 an orang kebanhyakan anak muda yang sedang menonton konser musik dan sekitar 300 orang Israel di sandera pihak Hamas. Sampai dengan saat ini, nyawa berjatuhan di pihak Palestine lebih banyak.
Sayangnya, media disini lebih sering menyampaikan apa yang ingin dibaca/ didengar oleh masyarakat kita. Oleh sebab itu, sebagai pembaca Scanning (pembaca yang hanya membaca headlines berita tanpa tahu detil beritanya), mayoritas akan menilai salah satu pihak pantas dihukum, karena begitulah Masyarakat kita. Memandang semua masalah dengan black and white. Padahal, mostly masalah antar negara di dunia ini berwarna abu – abu. Salah satu contohnya adalah Perang rebutan teritori yang terjadi di wilayah gaza (tepi barat) saat ini dinarasikan seolah perang crusade (salib).