Festival SSK 2025 Kabupaten Nganjuk: Pendidikan Kependudukan dari Sekolah untuk Masa Depan Bangsa

Ketua penyelenggara Festival SSK 2025, Dr. Suyanto, yang juga menjabat Kepala Bidang Data dan Informasi Kependudukan (DALDUK) serta SIGA Kependudukan, menyampaikan bahwa partisipasi sekolah tahun ini meningkat pesat. “Kami mencatat peningkatan hampir 30 persen jumlah sekolah yang mendaftar melalui aplikasi Simonev,” ujarnya. “Namun tidak semua bisa melaju ke tahap akhir.”

Seluruh sekolah wajib mengikuti alur ketat: mulai dari pendaftaran, unggah berkas digital, hingga proses seleksi administratif melalui platform Simonev. Setelah serangkaian penilaian administratif, enam sekolah terbaik diumumkan sebagai nominasi penerima gelar “Siaga Kependudukan Paripurna.” Enam sekolah tersebut ialah SMP Bina Insan Mandiri Baron, SMAN 1 Nganjuk, SMAN 1 Ngronggot, SMA An Nahdliyah Gobang, SMAN 2 Nganjuk, dan SMK Kosgoro.

Namun, seleksi belum berhenti di situ. Keenam finalis harus melewati tahap visitasi lapangan yang digelar dua hari: 16 dan 18 Juni 2025. Pada 16 Juni, tim juri mengunjungi SMK Kosgoro, SMAN 1 Ngronggot, dan SMP Bina Insan Mandiri Baron. Dua hari berselang, giliran SMAN 1 Nganjuk, SMAN 2 Nganjuk, dan SMA Islam Plus An Nahdliyah Gobang yang disambangi.

Visitasi bukan hanya formalitas. Para juri mengevaluasi bagaimana pendidikan kependudukan telah menjadi roh dalam kurikulum sekolah, bagaimana siswa memahami konsep generasi berencana, dan sejauh mana nilai-nilai kependudukan terinternalisasi dalam kegiatan sehari-hari.

“Penilaian tidak hanya berbasis pada presentasi PowerPoint atau poster,” kata Endang Candra Rini, SE., M.AP., salah satu juri dari unsur Dinas PPKB. “Kami ingin melihat apakah benar sekolah tersebut hidup dalam semangat kependudukan. Apakah guru dan siswa bicara soal pernikahan dini, migrasi dan pengendalian angka kelahiran bukan sebagai wacana, tapi sebagai tanggung jawab.”

Tim juri terdiri dari para pakar yang berasal dari latar belakang akademik dan birokrasi. Selain Endang, ada Ali Imron, S.Sos., MA dari Universitas Negeri Surabaya, Rona Merita, M.Pd dari Universitas Pangeran Diponegoro Nganjuk (UPDN), dan Yulia Dewi Puspitasari, M.Pd dari Universitas PGRI Empu Sendok Nganjuk.

Keempatnya membawa perspektif yang luas: mulai dari kebijakan publik, pendidikan karakter, hingga inovasi digital dalam pendidikan kependudukan. “Kami mengapresiasi sekolah yang tidak hanya mengajarkan fakta-fakta demografi, tapi juga yang memfasilitasi diskusi, kegiatan kreatif, dan membangun kesadaran kritis peserta didik,” ujar Ali Imron.

SSC

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *