Sekitar tahun 1970 an saat kesadaran untuk beribadah belum sebaik saat ini, rukuh (rukuh/ru·kuh/ n kain penutup badan kaum wanita muslim, kecuali muka dan kedua telapak tangan, biasanya dipakai untuk salat) atau mukena selalu identik dengan warna putih dengan bahan katun atau nylon. Semua sangat sederhana. Belum Nampak warna warni dari sisi ornament ataupun dari segi bahan/ material seperti saat ini. Namun, dengan berjalannya waktu, perbahan demi perubahan makin terlihat dan bisa dirasakan. Rukuh/ mukena berevolusi sebagai salah satu budaya yang mengalami perubahan secara terus menerus. Mulai dari bahan, motif, warna hingga model. Benar – benar warna – warni hingga akhirnya rukuh/ mukena menjadi symbol status sosial pemakainya.
Warna dasar putih dari rukuh/mukena sudah tak popular lagi. Rukuh/ mukena putih menjadi akhirnya hanya dipakai di saat – saat tertentu mengikuti himbauan ketua atau koordinator kelompoknya.
Seirama dengan rukuh/ mukena, penutup kepala/ jilbab/ hijab/ scarf juga mengalami evolusi yang membuat mata kita tak henti – hentinya berkedip – kedip karena takjub.
Fenomena yang tak kalah menghentak pikiran kita adalah kegiatan Buka Bersama. Buka Bersama atau yang sering disingkat dengan buber menjadi fenomena yang makin memadati sudut – sudut kota di kota – kota milik para pemudik, seperti Nganjuk yang separuh dari warganya yang berusia tenaga kerja tinggal/ belajar/ menetap di luar kota. Mereka, para Buberian ataupelaku buber ini (akhiran an dalam Bahasa Inggris membentuk kata benda yang bermakna: menunjukkan sebuah kaum. Sebagai contoh authoritarian, barbarian) dengan flexing yang dikemas dalam dresscode tertentu menjadikan masyarakat yang sudah tersekat -sekat semakin berstrata. Mereka memenuhi rumah makan – rumah makan, hotel – hotel, restoran – restoran atau kafe – kafe yang tidak murah harga makanan per porsinya. Selain itu, buber juga menjadi ajang reuni kecil -kecil an bagi mereka yang berada dalam satu circle yang beranggotakan para bestie atau pra keluarga yang anggota keluarganya saling berjauhan dan berdatangan saat akhir – akhir Ramadan dan atau menjelang Lebaran.